Jumat, 14 Februari 2014

Journey of my life-II

Sabtu, 27/07/13

Jam 8 pagi, baru ada suster jaga yang hanya datang untuk mengkontrol gula darah Papa.
Kondisi Papa sepanjang hari semakin lemas, pagi hari Beliau tidak mau makan. Dan siang harinya hanya mau makan buah. Itupun hanya 2 gigitan kecil.

Frekuensi BABnya semakin sering, namun hingga malam tidak ada makanan yang dapat Beliau konsumsi lagi. Hanya minum teh manis hangat.

Minggu, 28/07/13

Papa sudah tidak makan seharian dari semalam dan dalam pikiran Saya, hal ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama, harus diambil tindakan. Akhirnya saya coba konsultasi dengan “dokter” di RS tersebut, memang jalan yang terbaik yang dapat diambil adalah memasukkan selang makanan langsung ke lambungnya.

Dan saat itu Saya pun sudah membayangkan rasa TIDAK NYAMAN serta rasa SAKIT yang harus dirasakan pasien apabila hal tersebut harus dilakukan. Dan saat itu Papa pun tahu apabila selang tersebut dipasang, rasanya sakit.

Sebelumnya Saya mencoba mencari tahu dari beberapa pihak termasuk dari Ayah teman Saya yang seorang Dokter, memang sepertinya jalan tersebut adalah jalan yang terbaik. Karena dari penjelasan beliau, apabila tidak dipasang selang makanan maka dapat mengakibatkan lambung Papa luka dan membuat Papa semakin kehilangan banyak cairan & asupan makanan untuk tubuhnya.

Saya mencoba menjelaskan ke Papa, seperti penjelasan yang Saya dapatkan dari Ayahnya teman Saya tersebut. Sangat bersyukur, Papa akhirnya setuju karena Saya yakin Beliau masih punya semangat juang yang tinggi untuk sembuh.

Akhirnya di siang hari dipasangkan selang makanan ke tubuh Papa. Ada yang pernah melihat caranya? Selang tersebut diukur terlebih dahulu, diolesi anastesi, lalu dimasukkan ke tenggorokan langsung. Pasiennya sadar ?! SADAR dan Beliau harus berusaha menelan selang tersebut sampai di lambungnya. Saya yang melihat secara langsung, rasanya SAKIT SEKALI!!!

Saat itu Papa langsung diberi susu kedelai, 1 gelas saja. Saya heran sekali, pasien yang sudah tidak makan dari kemarin... kenapa hanya diberikan susu hanya 1 gelas?!!! Apakah itu cukup?! Jadi Saya bertanya langsung sama Papa, apakah beliau masih lapar? Namun, jawabannya tidak lapar lagi.

Tapi disekitar mulutnya kering sehingga perlu diberikan sedikit air. (FYI : apabila pasien sudah dipasang selang makanan, maka tidak boleh ada makanan/minuman yang masuk melalui mulutnya, harus melewati selang makanan tersebut, hal tersebut dilakukan untuk menghindari pasien tersedak/cairan yang salah masuk ke paru-paru bukan ke lambung)


Senin, 29/07/13

Dari semalam papa tidak tidur, hanya berbaring sambil bolak balik badan, kelihatannya seperti gelisah.
Saya sempat tidur sampai sekitar jam 4 subuh dan bergantian jaga Papa dengan Tante Saya.
Sekitar jam 6 pagi, Papa mencabut paksa selang yang makanannya sendiri. Saya kaget dan panik karena takut Papa kesakitan & melihat selang tersebut terisi cairan hitam, makes my hands shaking.

Mulai dari kejadian itu Saya mencari dokter LARAS, mencoba “memaksa” agar dia mau memeriksa Papa dengan lebih detail. Karena dengan kondisi Papa yang seperti orang setengah sadar, membuat Saya berasumsi pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan penyakitnya sehingga membuat Papa menjadi seperti ini.

Apabila hal ini harus dibawa ke ICU untuk penanganan lebih lanjut, maka hal tersebut yang AKAN Saya lakukan! Lalu si dokter menyatakan bahwa kondisi Papa sekarang diakibatkan “Krisis Thyroid”, meskipun Saya panik & takut, namun otak Saya masih penuh pertanyaan..
“Bagaimana mungkin thyroid menyebabkan penurunan kadar kesadaran seseorang? Apakah hal ini tidak disebabkan karena penyakit liver ? Terlebih lagi BAB Papa sudah menghitam” Pertanyaan ini terus menggema, namun yang Saya dapat lakukan adalah mencoba mencari obat thyroid sesuai resep yang diberikan sang “dokter”, karena Saya pikir mereka yang sudah belajar ilmu kedokteran, seharusnya mereka yang lebih pintar dari Saya kan?!

Ternyata si dokter hanya memeriksa sambil berkonsultasi dengan dokter seniornya, darah Papa sudah diambil untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut & hasilnya merupakan tolak ukur apakah Papa perlu dibawa ke ICU atau tidak. Hasil tersebut baru didapatkan setelah hampir 3 jam menunggu, lalu hasil tersebut harus di review kembali oleh dokter yang ada di ICU. Lalu kami kembali menunggu, setelah menunggu sekian jam si dokter ICU menyatakan bahwa Papa memang harus dibawa ke ICU, namun ICU di RS Persahabatan PENUH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

It’s that a JOKE?!!! Damn it! Kalau memang ruang ICU disana penuh, kenapa harus bertele-tele membuang waktu sedangkan kondisi suhu badan Papa yang sedikit panas & Papa yang semakin melantur ngomongnya. Saat itu rasanya sedih & campur MARAH luar biasa. Rasanya mau Saya beri pelajaran ke sang “dokter”, namun prioritas Saya saat itu hanya PAPA. Tidak ada hal lain yang Saya dapat lakukan selain tetap berada disisinya, sambil meminta tolong ke Tante dan teman dekat Saya.

Saat itu teman baik Saya sudah membantu mencarikan alternatif RS lain yang masih memiliki ketersediaan ruang ICU yang berventilator, jadi Saya dapat fokus menjaga Papa. Saat itu Papa tetap tidak dapat tidur, sebentar berbaring ke kanan-kiri, sebentar Beliau minta duduk, lalu berbaring kembali.
Karena tingkahnya yang tidak biasa itu, Saya kemudian berkata : “Pah, Papa ngga cape dari kemarin ngga tidur? Papa ngga ngantuk?”, Beliau hanya diam dan melanjutkan aktivitasnya. Saya harus menjaganya agar Papa tetap terbaring dengan tenang, karena semakin siang kondisi Papa semakin menurun. Perilakunya yang mau mencopoti selang infusnya membuat Saya harus menjaga dengan sepenuh tenaga. Namun tetap saja, infus ditangan sebelah kanannya dapat dicopot paksa olehnya, darah sudah bercucuran namun Beliau tidak merasakan.

Ketika Saya memanggil suster untuk memperbaiki infusnya, Beliau marah & berkata : “Mau apa lagi sih?”. Setelah sekian lama ada di RS ini, baru pertama kali ini Papa berkata dengan nada seperti itu.
Setelah Saya mendapatkan kabar dari teman baik Saya, bahwa di RS Gading Pluit ada ruang ICU. Maka secercah harapan muncul di hati Saya, namun mengetahui kenyataan bahwa masuk ICU di RS Gading Pluit diperlukan deposit sebesar IDR 20.000.000,-.

Saya sendiri tidak punya tabungan sebanyak itu, namun apa yang di lakukan teman Saya.. Dia berkata : “Lu ngga usah mikirin soal biayanya, karena banyak yang mau bantuin lu koq. Jadi sekarang kita fokus aja pindahin Bokap ke ICU.” Saya & Papa benar-benar terbantu karena ada TEMAN-TEMAN Saya yang Standby & siap membantu seperti ini, Saya hutang budi dengan mereka.

Karena prosedur dari RS Persahabatan yang bertele-tele, jam 3 seharusnya Papa sudah dapat dibawa keluar dari RS (yang katanya) Persahabatan, namun akhirnya Papa baru dapat diantar ambulance sekitar jam 5 sore! Hari senin, jam pulang kantor! Saya tahu, sangat teramat riskan membawa pasien keluar ke RS lain dengan kondisi seperti ini, resikonya bisa sampai menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Itu yang Saya takuti. Sepanjang jalan, Saya hanya dapat berada di sisi Papa sambil berdoa agar semuanya baik-baik saja.

Sekitar jam 6-6.30, Papa langsung masuk ke ruang IGD RS Gading Pluit. Papa langsung ditangani oleh 1 dokter jaga & 2 suster, mereka langsung sigap menangani Papa. Dan sebelumnya karena salah satu teman baik Saya sudah membawa laporan rekam medis sebelumnya, sehingga memudahkan dokter untuk mempelajari terlebih dahulu.

Lalu selagi menunggu Papa disiapkan, Saya ditanya oleh dokter mengenai riwayat penyakit Papa sebelumnya, di RS sebelumnya sudah mendapatkan pemeriksaan dan tindakan medis seperti apa, sampai kejadian dihari ini. Semua mendetail & sangat amat berbeda dengan RS Persahabatan.

Saat itu Saya kembali bertanya  dengan dokter di RS Gading Pluit, diagnosa Papa sekarang kenapa? Untuk hal penyebabnya, dokter tidak dapat memastikan sebelum pemeriksaan lab lebih lanjut, namun untuk diagnosa awal yang menyebabkan Papa menjadi setengah tidak sadar seperti ini karena fungsi hatinya yang semakin memburuk.
Memang ada kemungkinan krisis thyroid namun itu merupakan efek samping dari liver yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Rasanya gelap semuanya, selama ini Saya merasa sangat amat BODOH dapat mendengarkan “dokter” di RS Persahabatan itu.

Setelah itu Papa langsung dibawa masuk ke ruang ICU dan kurang dari 1 jam, Saya dipanggil masuk ke ruang ICU dan disana ada dokter Spesialis beserta tim-nya. Dokter memperlihatkan hasil lab yang super banyak di monitor dan Saya langsung di jelaskan satu per satu secara detail.

Saat itu Saya hanya masuk sendirian, karena saat itu adik-adik Papa masih dalam perjalanan. Sebelum masuk ke hasil lab, dokter berkata “Kondisi Papa kamu ini, udah ngga bagus. Kamu harus siap dengerin hasil lab ini ya, karena hasilnya jauh dibawah batas normal.” Cuma bisa mengambil 1 napas panjang, kemudian Saya mengangguk. Hasil lab Papa memang jauh dibawah normal, namun akhirnya Saya mendapatkan jawaban atas akar permasalahan (penyakit) yang Papa alami. Dari mulai faktor penyebab sampai efek samping lainnya. Dari semua yang sudah Saya dengar membuat diri ini lemas & tidak dapat berkata-kata lagi.

Ternyata Papa sudah terkena sirosis hati (kanker hati, membuat hatinya keras & mengecil serta tidak dapat berfungsi menyaring zat-zat yang di asup), karena hatinya sudah tidak berfungsi, maka membuat komplikasi penyakitnya bertambah parah. Fungsi hati juga menyaring racun / zat yang tidak terpakai di tubuh kita, apabila hatinya sudah tidak berfungsi... maka racun yang ada di tubuh dapat meyebar sampai ke daerah otak. Ini yang membuat Papa setengah tidak sadar, racun dalam tubuhnya sudah menyebar sampai otak.

to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar